Sabtu, 15 November 2008

Mengenal Naturopati

Mengenal Naturopati
Naturapati
Pengobatan Alternatif bagi Penderita
Autisme, Kanker, dan Jantung


JAKARTA – Saat pengobatan medis tidak bisa memberikan penyembuhan, banyak pasien yang kini mencari pengobatan alternatif, di antaranya naturopati. Ini jenis terapi alternatif untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengembalikan sistem tubuh yang rusak. Banyak penderita autis, kanker, dan jantung memilih menjalani penyembuhan lewat terapi ini.

Jika pengobatan medis hanya terfokus pada penyakitnya saja, naturopati dilakukan dengan membenahi sistem tubuh yang rusak karena tidak berfungsi dengan baik sehingga menimbulkan penyakit. Selain itu, berbeda dengan pengobatan medis yang terus-menerus memaksa pasien mengonsumsi obat, naturopati menggunakan ekstrasi bahan-bahan alami.
”Sistem dalam tubuh setiap orang berbeda antara satu dengan lainnya. Sedangkan obat dari dokter cenderung berlaku sama bagi setiap orang. Dan yang jelas obat itu tidak bisa memperbaiki sistem tubuh kita. Akibatnya banyak orang yang mengalami ketergantungan terhadap obat,” ujar Dr. Amrullah Siregar, ahli naturopati kepada pers di Jakarta, akhir pekan silam.
Lelaki lulusan National Institute Of Health, Maryland, Amerika Serikat (AS) ini memisalkan seorang penderita diabetes yang terus-menerus memerlukan obat penurun kadar insulin dalam tubuh. Pasien ini tidak akan pernah bisa sembuh selama hidup, tapi harus bergantung pada penggunaan obat. Demikian pula yang terjadi pada pasien hipertensi.
Dalam pengobatan naturopati, pasien sama sekali tidak mengonsumsi obat-obatan yang mengandung bahan kimia. Sesuai dengan namanya, naturo alias nature yang berarti alam, semua prosedur pengobatan di sini dilakukan secara alami. Obat-obatan yang dipakai 100 persen berasal dari bahan alami seperti dedaunan, suplemen nutrisi yang bisa memperbaiki sistem fungsi tubuh yang rusak.
Pemilihan bahan-bahan alami berdasarkan bukti bahwa dalam setiap tumbuh-tumbuhan tersebut mengandung reseptor, struktur kimia, hormon yang sama dengan manusia. Ada suatu penelitian yang membuktikan bahwa daun-daunan mengandung zat yang sama dengan yang ada di kepala manusia. Sementara zat yang terdapat pada akar atau ranting pohon mirip dengan yang ada pada kaki dan tangan manusia.
Dalam naturopati, jika ada bagian tubuh yang rusak, maka suplemen yang diberikan akan memperbaiki luka tubuh dari dalam yang dikenal dengan sistem homilistasis. Ada sejumlah prosedur yang harus dijalani pasien, antara lain aromaterapi, spa, detoksifikasi, rejuvenasi, juga lymph drainage massage alias pemijatan untuk memperlancar aliran kelenjar getah bening. Dalam mengobati pasien autisme misalnya, pada pengobatan naturopati lebih dilakukan pendekatan secara alam, bukan pendekatan klinis yang banyak memberi obat-obatan kimia.
Jika dalam dunia kedokteran umum pengobatan autisme lebih ditekankan pada psikis, tidak demikian halnya dengan sistem naturopati. Pada pengobatan jenis ini, mereka memusatkan pada perbaikan fungsi organ usus dan yang berhubungan dengan makanan atau yang lebih tenar di kalangan medis dengan istilah bionutrition intervension. Sebab, menurut Amrullah, saluran cerna merupakan second brain alias otak kedua yang paling menentukan dalam kesehatan manusia.
Di saluran cerna terdapat sekitar 500 koloni kuman, di mana setiap koloni terdapat 1,5-7,5 miliar populasi kuman. Jadi cukup jelas argumen mengapa sebagian besar penyakit justru bersumber dari organ pencernaan. Demikian yang terjadi pada pasien autisme yang diyakini oleh Amrullah perlu menjalani detoksifikasi alias mengeluarkan racun yang ada di dalam tubuhnya.
”Setelah fase detoksifikasi, kami adakan recovery, yakni pemulihan kondisi tubuh dari akibat yang ditimbulkan racun. Selanjutnya dilakukan rejuvenasi, yaitu melakukan regenerasi sel dengan mensinkronkan pembentukan sel baru dan sel lama,” jelas Amrullah yang kini berpraktik di klinik Griya Natura, Jakarta Selatan ini.
Tahap terakhir dari pengobatan autisme adalah revitalisasi, mengembalikan tubuh pasien ke kondisi normal. Revitalisasi di sini bisa dilakukan dengan memberi asupan vitamin, mineral, enzim, probiotik dan sejenisnya yang sama sekali jauh dari kandungan kimia. Karena begitu banyak pasien autisme yang bisa disembuhkan dengan teknik naturopati, maka nyaris 50 persen pasien yang ditangani Amrullah di Griya Natura adalah pasien autisme. Jenis penyakit lain yang juga sempat ditangani di sini adalah kanker dan jantung.

Belum Populer
Di Indonesia, kedokteran naturopati memang belum ada, namun di banyak negara lain seperti AS, Inggris, Australia, Cina juga India, bidang ini menjadi spesialisasi tersendiri di universitas. Kedokteran naturopati merupakan suatu bentuk spesialisasi ilmu kedokteran dalam melakukan upaya pencegahan atau pengobatan penyakit, peningkatan taraf kesehatan tubuh serta proses rehabilitasi tubuh dengan cara meningkatkan sistem, kapasitas dan fungsi alami.
Di banyak negara maju, naturopati lebih dikenal dengan lifestyle medicine, di mana pengobatan lebih ditekankan pada pola hidup seseorang, dari mulai pola makan, hingga pola aktivitas. Walau belum cukup populer di Indonesia, sesungguhnya pengobatan naturopati sendiri sudah mendapat pengakuan dari badan kesehatan dunia (WHO) sejak 1978.
Penggunaan tanaman sebagai sumber obat di dunia kedokteran dicetuskan pertama kali oleh Dietrich Hunler pada 1968. Peneliti medis yang tengah mengerjakan tesis S3-nya ini bertualang ke Afrika. Ia menemukan bahwa penduduk setempat banyak memanfaatkan tanaman sebagai obat penyakit yang bersumber di kepala dan pencernaan. Berangkat dari sini ia melakukan riset yang hasilnya adalah struktur saraf dan hormon dalam tanaman punya banyak kesamaan dengan anggota tubuh manusia. Dari sinilah muncul fitofarmaka, pengobatan penyakit dengan tanaman yang juga merupakan bagian dari naturopati. Berbeda dengan jamu, fitofarmaka hanya menggunakan ekstrak tanaman saja, bukan keseluruhan.
Sesungguhnya naturopati sendiri bukan teknik pengobatan baru di dunia. ”Justru teknik ini merupakan yang pertama kali muncul sebelum lahirnya dunia kedokteran. Hanya saja ketika muncul pengobatan dengan antibiotik, manusia berbondong-boindong beralih ke sana. Namun kini setelah obat-obatan antibiotik membawa dampak tidak baik, kembali manusia mencoba pengobatan dengan cara alami,” tutur Amrullah.
Pengobatan naturopati ini kembali merebak setelah terjadi kasus talidome, yakni gangguan kandungan akibat ibu hamil yang banyak mengonsumsi obat-obatan kimia. Di kalangan medis, naturopati digolongkan dalam komplimentari medicine seperti akupuntur.(es/mer)

Copyright © Sinar Harapan 2003

Melilea Membawa Naturopati Ke Indonesia Tahun 2006

www.melilea-jakarta.blogspot.com

Tidak ada komentar: